Pada Mulanya Adalah Kehendak Baik

Pada mulanya adalah kehendak baik untuk membagikan segala informasi mengenai Dempo. Dalam perjalanan waktu saya menyadari ada yang berubah. Tidak lagi DEMPO yang ingin kubagikan, tetapi diriku sendiri. 
Untuk semua ini saya minta maaf. Bahkan ketika saya harus menggunakan nama DEMPO untuk blog ini. Dulu saya begitu percaya diri bahwa akan selamanya di sini, namun benar kata pengkhotbah, segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa. Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Alangkah indahnya jika semua berjalan sepertiyang dirancangkan-Nya.
Jika nantinya, pada waktu yang telah ditetapkan-Nya, saya tidak di DEMPO lagi perkenankan saya tetap memakai nama DEMPO ini. Saya telah telanjur mencintainya. Saya berusaha tidak akan mengecewakannya, di mana pun saya akan berada. 

Tuhan memberkati
romo waris

Wednesday, October 29, 2008

Beberapa Refleksi

Ini masih berkaitan dengan retret anak kelas XI. Tiap gelombang saya berusaha membuat refleksi, tiap kelompok membawa suasana yang berbeda. Ada beberapa juga yang sangat pribadi, artinya refleksi itu sangat pribadi, saya belum siap mempublikasikannya. Berikut ini salah satu refleksi yang saya buat.

Family
“Kami di sini because we are family.” Itu adalah sepenggal lirik dari lagu kelas anak-anak XIA1. Kesadaran bahwa mereka bukan sekadar teman/rekan, tetapi sebuah keluarga hendak mereka bangun sedini mungkin. Tentu saja ada nilai-nilai yang mesti dipenuhi jika mereka hendak membangun sebuah ‘keluarga’. Nilai-nilai persaudaraan, hidup sebagai saudara mesti ada. Sebuah nilai yang sekali lagi mengatasi sebuah pertemanan.
Nilai seperti apa yang sekiranya bisa mengatasi sebuah nilai pertemanan? Bukankah pertemanan sendiri sebuah nilai yang luar biasa. Jika masing-masing sungguh bisa hadir sebagai teman bagi yang lain suasana kelompok akan sangat baik. Teman, sebaik apapun dia tetap teman. Ia hanya hadir dalam kesempatan yang sama, waktu yang sama dan tempat yang sama. Teman akan memudar ketika tempat dan kesempatan telah berganti. Di sana kita akan bertemu dengan teman yang baru, yang akan segera menggantikan posisi teman kita yang lama.
Saudara, menjadi saudara, itulah nilai baru yang mengatasi sebuah pertemanan. Untuk membentuk sebuah keluarga yang dibutuhkan bukan teman, tetapi saudara. Secara etimologis, saudara berarti berasal dari satu sumber kehidupan yang sama, satu darah-satu payudara. Ketika seseorang berasal dari satu sumber kehidupan yang sama, ia akan memiliki ikatan yang sangat kuat. Ikatan yang tidakakan putus oleh sekat waktu maupun ruang. Ia hadir sangat dekat, meski badan berjauhan sekalipun.
Apakah dengan menyebut diri sebagai keluarga lantas kita langsung sudah menjadi sebuah keluarga? Tentu saja belum. Menjadi sebuah keluarga tidak bisa dibentuk dengan instan, mesti melalui proses yang cukup panjang. Sebab, nyatanya, anggota kelompok ini bukan dari satu sumber kehidupan yang sama, mereka bukan berasal dari satu darah atau satu payudara. Namun kemauan dan semangat untuk menjadikan kelompok ini menjadi sebuah keluarga yang sangat besar niscaya mampu menggenapi kekurangan yang ada.
Syarat-syarat dasar untuk membentuk sebuah keluarga mesti ada. Rasa saling percaya, empati, memahami-dipahami, jujur, dan bertanggungjawab bisa menjadikan orang-orang yang berbeda menjadi sebuah keluarga. Jika kita tidak memercayai teman kita, kita tidak akan mampu menjadikannya saudara. Sesudah kita memercayai, tahap berikutnya adalah memahami perasaannya dan mampu bersikap sesuai dengan situasi yanga da dengan tepat. Di sini kemampuan berempati dan memberikan empati sangat dibutuhkan. Sikap yang sangat dibutuhkan yang lain adalah kejujuran. Ketika sesama anggota kita sudah tidak bisa jujur, mustahil kita akan mewujudkan sebuah usaha membangun keluarga.
Bagaimana dengan anak-anak XIA1 ini? Mereka menyebut diri sebagai keluarga, sebuah kemauan yang sangat bagus. Kemauan ini mesti dipupuk dan ditunjang dengan semangat yang besar untuk mau saling memahami,memercayai dan jujur dengan sesama anggota. Hal ini membutuhkan sebuah proses yang panjang. Proses yang kerapkali tidak selalu menyenangkan. Tidak jarang membutuhkan lelehan air mata dan kesedian untuk menanggung kesedihan yang besar. Namun jalan terjal itu akan berakhir pada jalan mulus bak tol dengan aspak hotmix. Seperti lebah-lebah yang giat mengumpulkan sari-sari untuk membuahkan madu-madu yang manis, yang sangat berguna bagi kehidupan.
Adanya banyak perbedaan dalam kelompok bisa menjadi penghalang sekaligus penopang sebuah keluarga. Banyaknya potensi positif bisa menimbulkan persaingan sekaligus penopang untuk saling membantu. Jika tidak disadari dan dipahami memang potensi positif bisa menjadipemicu negatif. Seperti roda-roda dalam komponen sebuah jam, mereka saling bertautan meski mereka berbeda, hal itu membuahkan detak-detak jam yang sangat harmonis dan bagus. Perbedaan dan persamaan yang ada dalam karakter anggota kelompok adalah sumber untuk menciptakan kelompok yang kuat. Kekuatan yang satu bisa menjadi sumber kuatan bagi yang lain, yang lemah, sebaliknya kelemahan seseorang bisa ditutup oleh kelebihan yang lain. Kesadaran diri yang besardanniat yang kuat untuk berkembang, ditopang kemauan saling memahami dan sikap yang jujur akan mampu menyatukan segala perbedaan yang ada.
“Kami di sini because we are family” bukan berhenti menjadi slogan, tetapi kenyataan yang harus dipupuk dengan terus berusaha saling memahami, memercayai, dan jujur. (Tabor, 26 Oktober 2008)


2 comments:

Ivan Ciputra Halim said...

romo,

klas XII apa tdk ada ret2 setelah UAN seperti klas XI ??

kami pingin merasakan ret2 sebagai acara kebersamaan terakhir di DEMPO sebelum kami berpisah satu sama lain.

MoRis HK said...

lihatlah nanti, kalau memang waktu memungkinkan kita buat acara kebersamaan seperti waktu kalian mos