Apakah sesungguhnya prestasi?
Apakah selalu mendapat nilai sempurna dalam ujian adalah sebuah prestasi.
Apakah selalu menjuarai suatu kompetisi adalah sebuah prestasi?
Banyak orang akan menyetujui bahwa itu adalah prestasi.
Menurut saya belum cukup. Belumlah cukup seseorang disebut berprestasi jika hanya berpijak pada nilai ulangan, atau seberapa banyak piala yang ia kumpulkan. Saya tidak akan menguraikan makna kata prestasi dari sudut tata bahasa, atau secara etimologis. Saya akan menguraikan ruang lingkup prestasi yang saya idamkan.
Pelajar disebut berprestasi jika seluruh komponen dalam dirinya benar-benar berprestasi. Seorang pelajar adalah seorang pribadi ketika berhubungan dengan dirinya sendiri, seorang anak ketika berhubungan dengan orangtuanya, seorang adik atau kakak ketika berhubungan dengan saudaranya, seorang teman ketika berelasi dengan kawan-kawan sepermainannya, dan seorang siswa ketika ia ada dalam lingkup sekolah.
Semua unsur tadi harus menunjukkan nilai yang tinggi untuk disebut anak berprestasi. Sebagai pribadi, anak, saudara, teman, dan siswa, ia mesti mendapatkan nilai yang tinggi. Masing-masing komponen memiliki standart yang berbeda dalam proses penilaian. Meski demikian setiap standart tidak boleh diabaikan.
Waduhhhhhhh................ kok jadi berat begini uraiannya. Baik saya permudah saja. Seseorang disebut berprestasi bukan hanya di sekolah, tetapi di setiap tempat di mana ia berada. Percumalah seseorang selalu mendapatkan nilai sempurna dalam ujian tetapi tidak memiliki hati buat teman-temannya. Percumalah seseorang menjuarai banyak lomba, tetapi suka merendahkan orang lain. Percumalah seseorang ulangannya selalu mendapat nilai sempurna, sering menang dalam lomba, tetapi badannya rusak karena narkoba atau seks bebas.
Berprestasibukan hanya secara akademi, tetapi juga dalam berperi hidup.
Salam
Waris
No comments:
Post a Comment