Pada Mulanya Adalah Kehendak Baik

Pada mulanya adalah kehendak baik untuk membagikan segala informasi mengenai Dempo. Dalam perjalanan waktu saya menyadari ada yang berubah. Tidak lagi DEMPO yang ingin kubagikan, tetapi diriku sendiri. 
Untuk semua ini saya minta maaf. Bahkan ketika saya harus menggunakan nama DEMPO untuk blog ini. Dulu saya begitu percaya diri bahwa akan selamanya di sini, namun benar kata pengkhotbah, segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa. Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Alangkah indahnya jika semua berjalan sepertiyang dirancangkan-Nya.
Jika nantinya, pada waktu yang telah ditetapkan-Nya, saya tidak di DEMPO lagi perkenankan saya tetap memakai nama DEMPO ini. Saya telah telanjur mencintainya. Saya berusaha tidak akan mengecewakannya, di mana pun saya akan berada. 

Tuhan memberkati
romo waris

Monday, April 21, 2008

UAN

Akhirnya hajatan nasional, yang menguras biaya besar, hari ini digelar. Ujian akhir nasional. Meskipun banyak pihak menyatakan keberatannya dengan digelarnya UAN, sebagai kriteria kelulusan, toh pengambil kebijaksanaan tetap bergeming. Mereka tetap menyelenggarakan UAN.


Sungguh ini adalah suatu hajatan besar yang menelan banyak biaya. Bahkan biaya yang mesti dibayarkan tidak semua bisa diukur dengan uang. Ketegangan yang tercipta menjelang diadakannya UAN jelas tidak bisa diukur dengan uang. Tingkat stress yang tinggi, yang mudah memicu konflik, juga terjadi.
Benar-benar hajatan besar yang dipaksakan. Secara pribadi saya memang tidak setuju jika UAN dijadikan kriteria kelulusan seorang murid. Karena sungguh tidak adil proses belajar selama tiga tahun diputuskan dalam ujian selama tiga hari. Hakikat belajar sebagai suatu proses tidak ada lagi. Semuanya ditentukan pada saat akhir.
Hal ini membuat sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak menjalankan funtgsinya dengan baik. Banyak pihak yang memberi bekal muridnya dengan cara drilling soal-soal. Sekali lagi, belajar sebagai suatu proses pemahaman dan pengendapan dari apa yang dipelajari tidak ada lagi. Yang dikedepankan adalah pengerjaan soal. Bagaimana agar seorang anak bisa mengerjakan soal dengan baik.
Ada lagi praktik yang salah. Try out UAN. Bagaimana mungkin sebuah ujian akhir diujicobakan. Jika niatnya memang menggunakan UAN sebagai alat ukur kelulusan, maka yang fair adalah tidak mengujicobakan lebih dahulu. Kenyataannya, hampir semua elemen pendidikan melakukan itu. Bahkan try out UAN bisa dijadikan sarana pekerjaan bagi lembaga-lembaga bimbingan belajar.
Praktik ini menunjukkan bahwa menggunakan hasil UAN sebagai alat ukur kelulusan, sudah tidak benar lagi.
Kembali kepada soal biaya besar. Sungguh, pengeluaran seseorang untuk bisa lulus UAN sungguh besar. Hampir semua sekolah memberi jam tambahan bagi siswa-siswinya. Tambahan waktu ini sudah biaya tersendiri (meski tidak selalu diukur dengan uang, tetapi penggunaan waktu tambah adalah penambahan energi). Belum lagi jika para siswa menambah dengan mengikuti bimbingan belajar di lembaga-lembaga Bimbel yang bertebaran di mana-mana.
Akhirnya semua itu hari ini terlaksana. Mungkin tahun depan terlaksana lagi, saya tidak tahu. Mesti sudah banyak protes dan komplain, toh program atau proyek ini tetap jalan.
Semoga pelaksanaan ujian yang digunakan sebagai alat ukur kelulusan memang memberi hasil yang baik.

No comments: