Kangen-kangenan itu selalu menyenangkan. Bernostalgia dengan masa lalu, mengenang saat-saat indah tatkala muda, memang mengasyikkan. Tak jarang kangen-kangenan menjadi sesuatu yang mengharukan. Kenangan manis di masa lalu bisa menjadi sesuatu yang memilukan jika keadaan kita sekarang tak semanis dulu.
Kangen-kangenan bisa menyenangkan karena kita diingatkan akan identitas kita. Mengenang masa lalu adalah mengenang siapa diri kita. Sudah sejauh mana kita berubah atau berkembang bisa dilihat saat kita kangen-kangenan.
Demikian halnya jika sebuah kota mengadakan acara kangen-kangenan. Malang Old Festival, atau Festival Malang Kembali, atau Malang Tempoe Doeloe, adalah usaha untuk mengenang masa lalu. Dari sana kita diajak melihat perkembangan diri kita. Perkembangan itu bisa sesuatu yang fisik maupun non fisik.
Perkembangan fisik sebuah kota akan kita lihat dari jumlah bangunan yang terus bertambah. Ada satu hal yang menarik dari perkembangan kota Malang. Rupanya kota Malang yang dirancang oleh Thamas Kasrsten, disiapkan untuk menjadi sebuah kota taman. Sekarang Malang berkembang menjadi sebuah kota ruko. Hampir tiap perempatan di kota Malang penuh dengan ruko. Bahkan kota yang tidak seberapa besar ini juga dipadati dengan banyak pusat perbelanjaan.
Perkembangan fisik lain yang menyenangkan misalnya adalah sarana pendidikan yang makin maju. Banyak sekolah dan perguruan tinggi dibuka. Hal ini tentu membuat pilihan masyarakat Malang (juga luar Malang) akan tempat pendidikan semakin banyak. Selain pilihan tempatnya banyak, kualitasnya pun semakin baik.
Yang non fisik pun mengalami perkembangan. Ada yang baik ada yang terasa kurang baik. Yang baik misalnya kreativitas supporter bolanya. Mereka bisa dijadikan teladan bagi penggila bola di Indonesia. Bahkan orang malang identik dengan Aremania, sebutan khan supporter Arema.
Yang mungkin kurang baik adalah mentalitasnya. Dulu orang Malang dikenal sebagai orang yang memiliki sikap dan sifat egaliter besar. Mereka sangat akrab dan bergaul erat dengan sesamanya. Rumah mereka tidak dibatasi pagar agar proses sosialisasi bisa berjalan dengan baik. Sekarang hal itu sulit dijumpai. Tiap rumah dibatasi dengan pagar yang sangat tinggi. Tiap orang sibuk dengan urusannya sendiri tanpa tahu apa yang terjadi dengan tetangganya. Bahkan tidak jarang yang tidak mengenal tetangganya.
Perkembangan suatu kota adalah cerminan perkembangan pribadi/manusia yang ada di dalamnya. Manusia mengalami perkembangan seiring perjumpaannya dengan manusia lain dan peradaban.
Kangen-kangenan bukan lagi sebagai sarana melepas rindu. Namun lebih dalam lagi menjadi sarana memperkembangan diri. Refleksi perjalanan hidup dengan melihat dahulu bagaimana, dan sekarang bagaimana, membantu kita untukmelangkah mau ke manakita di masa mendatang. Malang Old Festival adalah sarana refleksi bagi seluruh masyarakat yanga da di Malang, termasuk saya.
Selamat.
Demikian halnya jika sebuah kota mengadakan acara kangen-kangenan. Malang Old Festival, atau Festival Malang Kembali, atau Malang Tempoe Doeloe, adalah usaha untuk mengenang masa lalu. Dari sana kita diajak melihat perkembangan diri kita. Perkembangan itu bisa sesuatu yang fisik maupun non fisik.
Perkembangan fisik sebuah kota akan kita lihat dari jumlah bangunan yang terus bertambah. Ada satu hal yang menarik dari perkembangan kota Malang. Rupanya kota Malang yang dirancang oleh Thamas Kasrsten, disiapkan untuk menjadi sebuah kota taman. Sekarang Malang berkembang menjadi sebuah kota ruko. Hampir tiap perempatan di kota Malang penuh dengan ruko. Bahkan kota yang tidak seberapa besar ini juga dipadati dengan banyak pusat perbelanjaan.
Perkembangan fisik lain yang menyenangkan misalnya adalah sarana pendidikan yang makin maju. Banyak sekolah dan perguruan tinggi dibuka. Hal ini tentu membuat pilihan masyarakat Malang (juga luar Malang) akan tempat pendidikan semakin banyak. Selain pilihan tempatnya banyak, kualitasnya pun semakin baik.
Yang non fisik pun mengalami perkembangan. Ada yang baik ada yang terasa kurang baik. Yang baik misalnya kreativitas supporter bolanya. Mereka bisa dijadikan teladan bagi penggila bola di Indonesia. Bahkan orang malang identik dengan Aremania, sebutan khan supporter Arema.
Yang mungkin kurang baik adalah mentalitasnya. Dulu orang Malang dikenal sebagai orang yang memiliki sikap dan sifat egaliter besar. Mereka sangat akrab dan bergaul erat dengan sesamanya. Rumah mereka tidak dibatasi pagar agar proses sosialisasi bisa berjalan dengan baik. Sekarang hal itu sulit dijumpai. Tiap rumah dibatasi dengan pagar yang sangat tinggi. Tiap orang sibuk dengan urusannya sendiri tanpa tahu apa yang terjadi dengan tetangganya. Bahkan tidak jarang yang tidak mengenal tetangganya.
Perkembangan suatu kota adalah cerminan perkembangan pribadi/manusia yang ada di dalamnya. Manusia mengalami perkembangan seiring perjumpaannya dengan manusia lain dan peradaban.
Kangen-kangenan bukan lagi sebagai sarana melepas rindu. Namun lebih dalam lagi menjadi sarana memperkembangan diri. Refleksi perjalanan hidup dengan melihat dahulu bagaimana, dan sekarang bagaimana, membantu kita untukmelangkah mau ke manakita di masa mendatang. Malang Old Festival adalah sarana refleksi bagi seluruh masyarakat yanga da di Malang, termasuk saya.
Selamat.
No comments:
Post a Comment