Pada Mulanya Adalah Kehendak Baik

Pada mulanya adalah kehendak baik untuk membagikan segala informasi mengenai Dempo. Dalam perjalanan waktu saya menyadari ada yang berubah. Tidak lagi DEMPO yang ingin kubagikan, tetapi diriku sendiri. 
Untuk semua ini saya minta maaf. Bahkan ketika saya harus menggunakan nama DEMPO untuk blog ini. Dulu saya begitu percaya diri bahwa akan selamanya di sini, namun benar kata pengkhotbah, segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk menangis ada waktu untuk tertawa. Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Alangkah indahnya jika semua berjalan sepertiyang dirancangkan-Nya.
Jika nantinya, pada waktu yang telah ditetapkan-Nya, saya tidak di DEMPO lagi perkenankan saya tetap memakai nama DEMPO ini. Saya telah telanjur mencintainya. Saya berusaha tidak akan mengecewakannya, di mana pun saya akan berada. 

Tuhan memberkati
romo waris

Monday, June 30, 2008

Perkawinan sejenis part II

Menyambung tulisan terdahulu mengenai perkawinan sejenis. Rupanya makin marak, bahkan akan menajdi gejala yang wajar. Secara pribadi saya tidak setuju dengan praktik pernikahan sejenis itu.
Meskipun saya bisa mengerti dan memahami, tetapi tetap saja, saya tidak setuju, tidak membenarkan, dan seandainya merekaitu katolik, saya tidak akan memberkati mereka.
Toh Gereja Katolik juga belum menerima, dan saya rasa tidak akan pernah diterima.

Seperti tulisan saya terdahulu,berikutini saya kutipkan berita mengenaipernikahan missal kaum gay di Amerika. Berita ini dirilis tanggal 18 Juni 2008.
RATUSAN pasang pengantin sama jenis berbondong-bondong ke kantor catatan sipil di banyak kota di negara bagian California, AS, Selasa. Macam-macam pakaian yang dikenakan mereka; ada yang Cuma berkaos oblong, ada pula yang berjas tuxedo dan bergaun mahal.
Di kota San Diego saja, jumlah pegawai catatan sipil ditambah, dari biasanya 19 menjadi 78 orang. Hari itu, kantor tersebut mengeluarkan 230 surat nikah. Ini melebihi rekor yang dicetak pada Hari Valentine 2005 yang sebanyak 176.
Para pasangan gay itu memanfaatkan kesempatan hari Selasa tersebut untuk mencatatkan perkawinan mereka, karena ini merupakan hari pertama “kemenangan” mereka. Ya, setelah Pengadilan Tinggi menolak perlawanan hokum yang menghendaki undang-undang perkawinan gay dibatalkan.
Hanya California dan Massachusetts yang punya UU perkawinan gay. Namun, Massachusetts lebih ketat, karena hanya mengesahkan perkawinan sesama jenis yang ber-KTP negara bagian itu.
Di balai kota West Hollywood, datang bintang film George Takei yang menjadi Sulu dalam film “Star Trek”, bersama pasangannya Brad Altman (21). Mereka kemudian mendapat surat nikah. Mereka berencana akan merayakan perkawinan pada September mendatang.
Surat nikah gay berbeda dengan surat nikah pasangan heteroseksual. Pada pasangan lain jenis, di surat nikah tertulis “mempelai pria” dan “mempelai wanita”. Pada pasangan sejenis, di surat nikah tertulis, “pihak A” dan “pihak B”.
Bersamaan dengan itu sejumlah aktivis konservatif yang menolak pengesahan perkawinan gay melakukan aksi demo di kantor-kantor catatan sipil. Namun, kehadiran mereka tidaklah mampu menghalangi prosesi pencatatan perkawinan kaum gay tersebut.
Seperti refleksi saya dalam tulisan saya terdahulu, sebenarnya apakah hakikat dari pernikahan itu? Lebih dari itu, apakah tujuan dari pernikahan itu? Jelas bahwa pernikahan sejenis tidak akan memenuhi criteria pernikahan.
Saya mencoba melepaskan pemahaman saya sebagai seorang pastur. Saya akan memahami sebagai seorang manusia, berarti dari sisi humanis. Sebelum saya menikah saya akan bertanya, “apakah yang hendak saya peroleh dari suatu pernikahan?”. Kebahagiaan? Pasti saya mendambakan kebahagiaan. Pertanyaan selanjutnya adalah, “kebahagiaan seperti apakah yang hendak saya peroleh?” Kebahagiaan karena adanya pribadi lain di samping saya, yang senantiasa mendampingi di setiaplangkah hidup? Ataukah hanya kebahagiaan seksual belaka.
Bagaimana dengan kemungkinan adanya keturunan dari pernikahan? Jelas pernikahan sejenis tidak akan pernah mengahsilkan keturunan. Maka pernyataanbahwa pernikahan adalah sebagian peran serta manusia dalam karya penciptaan Tuhan tidak berjalan di sana.
Apakah kaum homoseksual (lesbi dan gay) memang memerlukan pernikahan? Saya bisa memahami jika mereka memiliki perasaan saying/cinta yang sungguh mendalam kepada kawan sejenisnya. Namun apakah itu cukup menjadi alas an untuk membawanya kepada pernikahan? Apakah praktik pernikahan, dalam sejawahnya, memang mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan khusus dari orang-orang yang ‘berperilaku khusus’ini?
Sekali lagi saya tetap tidak setuju dengan pernikahan sejenis ini. Pendapat saya akan berbeda jika memang definisi,hakikat, dan tujuan pernikahan telah berubah.
Salam.


5 comments:

Unknown said...

Saya tinggal di New York, dimana setahun sekali ada pawai gay. Yang mengikuti adalah sepasang laki, sepasang wanita, atau bisex, ada juga pastur serta wakil dari gerejanya (kelompok ini mempunyai gereja sendiri). Dari pandangan saya, tidak semua orang setuju dengan adanya pasangan sejenis itu, karena diantara penonton ada juga yang demo dan protes serta menunjuk kitab suci.
Saya pernah mempunyai teman gay di NY, saya bertanya mengapa? jawabnya adalah 'kebebasan' dan tidak ada orang yang melarang 'kebebasannya'. Saya teringat pada seorang teman ditanah air, yang secara 'malu-malu kucing' menunjukkan diri dia adalah 'gay' karena banyak teman disekitarnya - secara guyon - bilang, "ngomong yang tegas, jangan kaya cewe, atau kita pukuli kamu biar jalan kaya laki-laki" dan sudah tentu banyak temannya yang selalu menceramahinya dengan agama. Saya berkesimpulan, lingkungan sangat menentukan seseorang 'menyeleweng' dari jenis kelamin yang ada, sehingga menjadi gay, lesbi, atau bisex.

MoRis HK said...

Kasus ini, saya menyebut sebagai kasus,sedang mencuat di tanah air, apalagi dengan kasus Ryan. Bahkan, karena pengaruh media, semakin sulit memahami mana yang benar, mana yang tidak. Nilai dan norma kesopanan serta kepantasan menjadi semakin hilang, seperti kata Mbak, mereka bicara atas nama kebebasan. Saya pribadi bisa memahami,namun tetap belum bisa menerima jika mereka menikah. Bagaimanapun nilai hidup dan norma masyarakat, juga dalam ajaran agama, masih belum menerimanya. Jika memang lingkungan memiliki pengaruh yang besar, berarti homoseksual sejatinya bisa disembuhkan.

Winda Carmelita said...

wahh. ternyata ada jg to hari perkawinan gay massal? baru tauu..

Tama said...

hai romo!

wah-wah...
sudah deklarasi gak mau mberkati nih.
hehee.... :)

baiklah..
kucoret nama romo dari list-ku (daftar nama romo yang kira2 bisa memberkati pernikahanku dengan pasanganku, whoever she is).
thx ya! hakhakhak... :D

seneng bacanya. setidaknya aku jadi tau pandangan & sikap romo.

tp smoga bukan karena ini romo gak pernah memberiku kabar lagi.
klo iya jg gak papa seh... asal bilang aja sebelumnya. hehe :)

oya,
ada baiknya gali info lebih banyak ya mo. tengkyu!

so proud of my self,
ema

Tama said...

hehehee...