Masih menyambung tulisan mengenai UAN. Tingkat stress yang cukup tinggi, terkadang memberi pengaruh yang besar terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa. Mereka yang mampu mengatasi strss, akan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menghilangkan stress, kegugupan, dan kecemasaan akan mengalami kesulitan.
"Peteng Romo." Demikian diungkapkan Edo setelah ujian matematika. Peteng artinya Gelap yang berarti dia tidak mampu mengerjakan soal yang tersaji. Raut mukanya menunjukkan penyesalan yang dalam, mungkin dia sangat kecewa mengapa tidak bisa mengerjakan.
Kisah ini saya angkat untuk menunjukkan betapa tidak adilnya sistim ujian ini.
1. Edo bukanlah anak yang bodoh. Selama 3 tahun dia di DEMPO, dia termasuk yang berbakat. Ketika kelas 1 ia telah menjadi koordinator kegiatan kepemimpinan yang dibimbing tutor dari Kanada. Kelas 2 dia menjadi ketua 2 pengurus OSIS.
2. Di kelas Edo adalah siswa yang menyenangkan. Sangat peduli dengan teman dan siswa yang mempunyai motivasi tinggi.
3. Di rumah Edo adalah anak yang baik. Mengerti kondisi keluarga, berusaha tidak membuat malu keluarga. Setidaknya inilah yang diceritakan mamanya kepada saya.
Tiga hal ini tidak berarti apa-apa jika tadi Edo tidak bisa mengerjakan soal Matematika. Jika nanti nilainya di bawah 4, dia akan gagal. Sungguh mengerikan dan tragis. Sistim yang ada tidak mempedulikan bagaimana ia berproses selama tiga tahun di sekolah ini. Bagaimana ia mengembangkan diri dalam berorganisasi dan ekstrakurikuler.
Edo hanyalah satu contoh. Saya yakin masih banyak kasus seperti yang dialami Edo. Memang belum ada kepastian bahwa Edo akan gagal. Karena bisa jadi hasilnya bagus. Saya berharap bahwa hasilnya memang bagus. Namun jika yang terjadi adalah hal buruk, sungguh sistim telah membuat dia gagal. Sistim ini mesti diubah. Dikembalikan seperti sedia kala, yaitu sistim yang memperhatikan proses. Yang tahu bagaimana proses itu adalah sekolah penyelenggara.
Berilah kepercayaan kepada sekolah penyelenggara untuk melakukan ujian dan menentukan kelulusan. Tugas pemerintah adalah mendampingi dan meningkatkan kualitas sekolah agar mampu menyelenggarakan proses pendidikan yang sungguh mendidik dan bisa mengadakan proses ujian yang layak.
Semoga.
salam
Kisah ini saya angkat untuk menunjukkan betapa tidak adilnya sistim ujian ini.
1. Edo bukanlah anak yang bodoh. Selama 3 tahun dia di DEMPO, dia termasuk yang berbakat. Ketika kelas 1 ia telah menjadi koordinator kegiatan kepemimpinan yang dibimbing tutor dari Kanada. Kelas 2 dia menjadi ketua 2 pengurus OSIS.
2. Di kelas Edo adalah siswa yang menyenangkan. Sangat peduli dengan teman dan siswa yang mempunyai motivasi tinggi.
3. Di rumah Edo adalah anak yang baik. Mengerti kondisi keluarga, berusaha tidak membuat malu keluarga. Setidaknya inilah yang diceritakan mamanya kepada saya.
Tiga hal ini tidak berarti apa-apa jika tadi Edo tidak bisa mengerjakan soal Matematika. Jika nanti nilainya di bawah 4, dia akan gagal. Sungguh mengerikan dan tragis. Sistim yang ada tidak mempedulikan bagaimana ia berproses selama tiga tahun di sekolah ini. Bagaimana ia mengembangkan diri dalam berorganisasi dan ekstrakurikuler.
Edo hanyalah satu contoh. Saya yakin masih banyak kasus seperti yang dialami Edo. Memang belum ada kepastian bahwa Edo akan gagal. Karena bisa jadi hasilnya bagus. Saya berharap bahwa hasilnya memang bagus. Namun jika yang terjadi adalah hal buruk, sungguh sistim telah membuat dia gagal. Sistim ini mesti diubah. Dikembalikan seperti sedia kala, yaitu sistim yang memperhatikan proses. Yang tahu bagaimana proses itu adalah sekolah penyelenggara.
Berilah kepercayaan kepada sekolah penyelenggara untuk melakukan ujian dan menentukan kelulusan. Tugas pemerintah adalah mendampingi dan meningkatkan kualitas sekolah agar mampu menyelenggarakan proses pendidikan yang sungguh mendidik dan bisa mengadakan proses ujian yang layak.
Semoga.
salam
1 comment:
Romo, saya juga kurang setuju dengan UAN.. Masa proses belajar selama 3 tahun harus ditentukan gagal/tidaknya hanya dalam 3 hari..
Tapi,, harus ada standart yang resmi dari pemerintah untuk tetap mengontrol sistem belajar di negeri ini.. nah standart ini lah yang harus dipikirkan matang-matang oleh pemerintah dan oleh kalangan akademisi..
Post a Comment